Alat rekam kecelakaan pesawat masa depan

Kecelakaan pesawat selalu menjadi primadona pemberitaan, namun sayang hal ini hanya hangat2 kuku, karena setelah semua selesai biasanya “business as usual”.  Alat rekam kecelakaan atau Black box / FDR dengan ELT floatable built in belum banyak dikenal orang dan bahkan belum di produksi masalah, apalagi di NKRI, jangankan masalah alat rekam, pada kecelakaan pesawat di NKRI yang kita cintai ini masih banyak membutuhkan perhatian untuk perbaikan.

Dari data statistik 50 tahun kebelakang, kejadian kecelakaan pesawat terbang di Indonesia di bulan bulan Desember January merupakan kejadian kecelakaan tertinggi dimana statistiknya, dimana quantitasnya double dari rata2  5 kecelakaan menjadi 10 kecelakaan di bulan tersebut mengingat musim hujan dan frekuensi liburan sehingga meningkatkan penerbangan dalam bahaya (Hazard) yang meningkat tanpa menekan risiko (Risk).

Hal diatas cukup memprihatinkan, dalam hal ini banyak aspek2 atau organisasi yang terkait dalam rangka menekan tingkat kecelakaan dari mulai organisasi, regulator, airlines, bahkan public (masyarakan umum) sebagai pengguna jasa penerbangan yang tidak perduli atau belum mengerti dampak keselamatan penerbangan, sebagai contoh,  penggunaan tilpun genggam dapat menggangu keselamatan setidaknya hal yang nyata mengganggu komunikasi, begitu juga penggunaan sinar laser yang tidak jarang di arahkan ke pesawat, dapat mengganggu bahkan merusak pandangan pilot untuk mendarat, serta masih banyak lagi hal hal lain yang membutuhkan partisipasi publik untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.

Untuk Pencarian pesawat, hal yang sering muncul dengan hangat2 kuku ialah urusan pencarian reruntuhan dan black box atau kotak hitam, dimana alat tersebut yang di desain tahan hentakan maupun suhu dirancang dan di letakan di ekor pesawat agar pada saat impact alat tersebut dapat terpisah dengan badan pesawat untuk keperluan pencarian.

Namun sayang desain alat tersebut masih belum banyak berubah sejak 60 tahun silam kecuali tipe alat rekam dari tipe pita (tape), magnetic serta solidstate (seperti memori stik) dan beberapa perbaikan pada kuantitas kanal rekaman serta lama rekamaman, saat ini blackbox dapat merekam sampai 50 jam dengan toleransi impak / kejut diatas 3000g / 7ms dan memiliki baterai yang tahan minimal 30 hari, namun konsep desain dari segi pencarian dan penyelamatan masih sama, setiap kecelakaan di atas laut selalu kesulitan pencariannya.

Dari beberapa  kecelakaan di air / laut majoritas membutuhkan waktu yang tidak singkat misalnya pada kecelakaan Airbus 320 XL Airways 27/11/08 di Prancis, Airbus 320 US Airways15/01/09 di New York, Airbus A310 Yemenia 626 30/06/09 dan Airbus A330 AF #447 01/06/09 di Samudra Atlantic yang membutuhkan waktu 2 tahun untuk mendapatkan FDR tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit bahkan pencarian Malaysia Airlines MH370 di claim telah menghabiskan dana diatas USD 50 Juta, mudah mudahan EgyptAir 804 tidak perlu mengeluarkan biaya dan waktu yang mengkhawatirkan.

Walau demikian sulit dan mahal biaya pencarian kotak hitam sebagai upaya mencari penyebab dan menghindari kejadian yang sama, praktisi penerbangan masih sulit melakukan terobosan2 penting utnuk memperbaiki hal yang memudahkan pencarian dengan biaya yang relative terjangkau, dalam hal ini ICAO (International Civil Aviation Organisation) badan penerbangan Sipil internasional yang menangani keselamatan dunia perlu melakukan perubahan dan perbaikan2.

Alat rekam kecelakaan pesawat masa depan antara lain desain Black box yang dapat mengapung (Floatable FDR) dengan built in ELT(Emergency Locator Transmitter) dimana alat tersebut setelah terpisah dari ekor pesawat akan mengapung degnan balon berisi gas  dan pada permukaannya dipasang antenna ELT dengan frekuensi 403 MHz yang dapat ditangkap satellite dapat bekerja multi funsgi, atau mendesain ulang blackbox dengan density yang rendah (masa/volume) dimana dengan perhitungan buoyancy (pengapungan) dapat mengapung ke permukaan air dan di deteksi oleh satelit dengan mudah.

FDR floatable ini bisa berbagai bentuk baik dengan balon atau dengan konsep masa yang lebih kecil atau volume yang lebih besar dengan isi Styrofoam (Gabus) agar dapat mengapung di atas air sehingga memudahkan pendeteksian dan pencarian.

Mari kita tunggu perkembangan dari ICAO, penulis telah menyampaikan proposal desain tsb ke ICAO dan saat ini urgensinya ialah menunggu para operator / airlines yang akan memandatkan trakcing setidaknya dalam kurun waktu 15 menit sehingga jika ada kecelakaan, pencarian dapat di lokalisasi di radius yang lebih kecil.

Semoga kejadian2 kecelakaan di air dapat lebih cepat mendapatkan pencarian dan pertolongan dan alat rekam dapat di peroleh sebelum mengalami kerusakan yang mengakibatkan tujuan invvestigasi atau penyelidikan utnuk menghindari kecelakaan yang sama dapat direalisasikan.