PT Dirgantara Indonesia yang dulu pernah jaya sejak awal abad 20 dan mengalami pengurangan karyawan dan produksinya, sekarang mulai bangkit ke permukaan dengan berhasil melakukan penerbangan perdana dimulai dengan kecepatan tinggi taxy di landasan pacu dengan produk barunya N219 pesawat turboprop bermesin ganda. Hal ini merupakan tahap awal pengujian penerbangan dimana dengan pendekatan pendekatan yang aman diharapkan Pesawat N219 Indonesia terbang perdana bertahap yang diharapkan pada hari kebangkitan nasional 10 Agustus 2017 jika semua berjalan normal.

Akhirnya pada tangal 11 Agustus 2017 pesawat N219 berhasil Lift off dengan melakukan serangkaiaan runway hop, captain Adibudi atmoko alumni IDP 2 TNI AU , Capt Esther G Saleh, didukung dengan Flight Test Engineer  Dono dan Iqbal

 

Pesawat N219 yang dirancang untuk 19 penumpang, ditenagai oleh dua mesin turboprop Pratt & Whitney PT6A yang memberikan 850 Shaft Horse Power per mesin, dan dirancang dengan sayap lurus dan kecepatan stall yang relative rendah 60 Knots untuk mencapai target kemampuan Short Take Off Landing dengan jarak tempuh 500 meter cukup menjanjikan untuk transportasi regional khususnya di wilayah timur Indonesia.

 

Desain ini benar-benar memiliki pasar potensial untuk pesawat bermesin ganda yang sangat dibutuhkan pada negara-negara kepulauan ini terutama dengan kemampuan lepas landas yang reltif pendek, dimana produksi pesawat pesaing relative tidak ada karena majoritas pesawat kompetitornya masuk ke pilihan yang penupang lebih besar 50 sd 70 penumpang, tidak ada pesaing besar di pasar dunia ini sehingga ini memnjanjikan untuk Indonesia berpotensi meraih pasar dunia. Pesawat ini cocok untuk usaha penerbangan tidak berjadwal atau sewa pesawat terbang pribadi.

 

Pengalaman PT Dirgantara Indonesia dikembangkan lebih dari 50 tahun dimana presiden BJ Habibie yang memulai Industri Pesawat Terbang pada tahun 1976, kemudian memulai pengembangan dari perjanjian lisensi dengan Casa untuk Casa 212 dengan 100 unit produksi dan bersamaan dengan  100 unit helikopter  Bell BO105. Kemudian disusul pesawat turboprop CN 235 yang terbang pertama kali pada tahun 1983, dan disusul pesawat turboprop N250 Twin yang melakukan penerbangan pertama pada 10 Agustus 1995.

Namun pesawat N250 yang terkena krisis finansial menunda perkembangan pesawat ini dan menghentikan kedua pesawat produksi untuk melanjutkan produksinya, bersamaan dengan pengembangan twin turbojet N2190 yang dipimpin oleh Ilham Habibie juga harus dihentikan.

 

Akhirnya pada awal tahun 1999 insinyur Andi Alisjahbana dan tim perancang pesawat Indonesia memulai dengan gagasan dan rancangan barunya, namun dengan beberapa masalah keuangan, realisasi program telah tertunda sampai akhirnya pada tahun 2017 memperoleh hasil dimana pesawat tersebut berhasil melakukan high speed taxy dengan harapan jika tidak ada hambatan, mudahmudahan Pesawat N219 Indonesia terbang perdana akan dilaksanakan pada 10 Agustus 2017 bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional, jika semua berjalan normal.